Sebelumnya, setelah mendapat kecaman dari berbagai pihak, Edy Mulyadi meminta maaf dan membuat klarifikasi terkait pernyataannya tersebut. Menurutnya, istilah ”jin buang anak” dipakai untuk menggambarkan tempat yang jauh.
”Jangankan Kalimantan, dulu monas itu disebut tempat ’jin buang anak’,” ujarnya melalui akun Youtube pribadinya, Senin (24/1). Dia menegaskan, konteks ”jin buang anak” dalam pernyataan itu adalah untuk menggambarkan tempat jauh, bukan untuk mendiskreditkan pihak tertentu.
Meski Edy Mulyadi telah meminta maaf dan menjelaskan maksud pernyataannya, sebagian besar masyarakat Kalimantan tetap tidak terima. Istilah tersebut dinilai tidak tepat dipakai di kalangan umum yang lebih luas. Sebaliknya, justru mengandung ujaran kebencian dan penghinaan.
Apalagi dalam video viral terkait pernyataan Edy Mulyadi yang menyudutkan Kalimantan itu, dia juga terang-terangan menyebut sasaran pasar ibu kota negara (IKN). ”Kalau pasarnya kuntilanak dan genderuwo, ngapain kok bangun di sana,” kata Edy. Sejumlah kalangan menilai, pernyataan itu sama saja menganggap masyarakat Kalimantan sebagai kuntilanak dan genderuwo. (daq/ign)