Kisah menarik datang dari Sulistiyo (34), salah seorang petani ikan di Kampung Budidaya Ikan di Desa Mantaren II, Kecamatan Kahayan Hilir, Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah. Dia sukses mengembangkan budidaya ikan Patin (Pangasius sp) dan Papuyu (Anabastestudineus) dengan sistem polikultur.
FAUZIANNUR, Pulang Pisau | radarsampit.com
Pengembangan sistem polikultur budidaya ikan patin dan papuyu oleh Sulistiyo bermula dari ketidaksengajaan. Saat itu tahun 2022, kelompok budidaya perikanan yang dia kelola mendapatkan bantuan 5.000 ekor benih ikan papuyu dari Dinas Perikanan (Diskan) Kabupaten Pulang Pisau. Masing-masing anggota kelompok yang terdiri 10 orang itu mendapatkan 500 ekor benih.
Sulistiyo yang sudah membudidayakan ikan patin sejak tahun 2016 tersebut, tak punya kolam kosong. Sepekan sebelum menerima benih papuyu, semua kolam di atas lahannya seluas 1,25 hektare telah ditebar benih ikan patin. Sulistiyo pun bingung menempatkan benih papuyu yang baru dia dapatkan. Hingga akhirnya terpikir untuk memasukan benih papuyu ke dalam salah satu kolam ikan patin berukuran 15×30 meter miliknya.
“Saya baru sekitar tujuh hari menebar benih patin, kemudian benih papuyu datang. Saya tak punya kolam kosong ukurannya kecil. Karena sudah tidak ada tempat lagi, terpaksa saya masukan ke dalam kolam patin, dan saya pikir ukuran patin dan papuyu masih sama-sama kecil, sehingga kapasitas kolam masih mampu menampung. Jadinya, satu kolam terisi 2.500 ekor benih patin dan 500 ekor benih papuyu,” cerita Sulistiyo yang juga menjabat Ketua Kelompok Budidaya Perikanan (Pokdakan) Harmoni Alam Lestari itu, Selasa (21/11/2023).
Proses polikultur budidaya ikan patin dan papuyu pun berjalan. Seiring waktu, ceritanya, pembesaran kedua jenis benih ikan berbeda itu tumbuh dengan baik. Bahkan Sulistiyo cukup kaget melihat pertumbuhan ikan papuyu yang cepat besar. Hanya dalam hitungan lima bulan masa pemeliharaan, ukuran papuyu mampu masuk dalam kelas A; yakni delapan hingga sembilan ekor dalam satu kilogramnya.