”Saya sudah mendaftar enam tahun lalu dan sebenarnya berangkat tahun 2020. Ditunda karena korona. Alhamdulillah tahun ini saya akhirnya bisa berangkat,” ujarnya.
Perjuangan mengumpulkan uang untuk berangkat haji juga dilakukan Arif. Pria berusia 73 tahun ini juga berangkat seorang diri. Arif telah mendaftarkan namanya bersama istrinya Siti Maryam (60) ke Kemenag Kotim pada tahun 2014. Namun, ternyata namanya yang lebih dulu dipanggil. Hal itu dikarenakan Arif termasuk calon jemaah haji Kotim prioritas lansia.
”Kebijakan dari pemerintah, tahun ini tidak ada penggabungan. Saya berharap bisa berangkat haji bersama istri. Ternyata, nama saya yang dipanggil duluan untuk berangkat,” kata Arif yang tinggal di Jalan Sukabumi, Sampit, ini.
Arif merupakan salah satu korban tragedi kerusuhan Sampit 18 Februari 2001 silam. Pria ini terpaksa harus mengungsi meninggalkan harta dan tanah kelahirannya.
”Rumah dan tanah habis semua. Saya tidak punya harta sama sekali. Tahun 2001 saya mengungsi, tahun 2004 balik lagi ke Sampit memulai hidup dari nol sebagai kuli bangunan,” kata pria kelahiran Sampit, 21 Desember 1944 ini.
Hingga usia senja, Arif masih bekerja menjadi kuli bangunan. Badannya nampak bugar, tak terlihat seperti orang tua seumurannya. Dari penghasilannya itu, ia mampu menghidupi istri dan sukses menyekolahkan delapan anaknya.
”Anak yang bungsu masih kuliah di IAIN Palangka Raya mengambil jurusan Ekonomi Syariah, anak saya yang lain ada yang sudah jadi guru, ada yang kerja di perusahaan di Pangkalan Bun,” katanya.
Pekerjaan menjadi kuli bangunan ditambah beban hidup yang harus ditanggung untuk menghidupi keluarga, tak mematahkan tekadnya menunaikan ibadah haji. Arif mencoba ikut arisan agar uangnya bisa ditabung dengan niatan berhaji.
”Ikut arisan dari tahun 2005. Uang itu sedikit-sedikit ditabung untuk membayar uang muka pendaftaran haji Rp20 juta. Dari upah tukang Rp20 ribu sampai sekarang Rp120 ribu per hari, sebagiannya ditabung. Alhamdulillah, istri juga ada keahlian bisa menjahit, jadi cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” ujarnya yang saat itu didampingi seorang anaknya.