Apalagi, saat ini lagi hype tren wastra Nusantara di kalangan anak muda. Yakni tren memakai kain wastra atau kain tradisional Indonesia dan mengombinasikannya dengan pakaian modern.
”Tren berkain wastra akan membuat eksistensi batik naik. Saya sangat mengapresiasi generasi muda yang menggunakan wastra Indonesia, khususnya batik,” ungkap pemuda 23 tahun asal Madiun, Jawa Timur, itu.
Kecintaannya pada batik sudah tumbuh sejak masih pelajar. Di bangku SMA dia mengikuti ekstrakurikuler membatik. Supriyanto juga sudah cukup sering membuat karya desain batik sendiri. Karya pertamanya kombinasi dari tema ngurawan, porang, dan merak.
Di ajang Raka Raki Jawa Timur 2022, Supriyanto berkesempatan unjuk karya desainnya. Saat sesi peragaan busana, dia memakai batik motif Parang Gabah Sinawur hasil karyanya selama satu bulan.
”Idenya saya mengambil dari potensi yang ada di Kabupaten Madiun, dari kampung pesilat, gabah sinawur, dan juga parang,” ujar alumnus Universitas Muhammadiyah Surakarta itu.
Wawasan seputar batik memang sangat diperlukan di ajang Pemilihan Duta Batik Jawa Timur. Mulai jenis-jenisnya hingga cara pembuatannya. Meski calon duta batik tidak wajib jago membatik, setidaknya bisa dasarannya.
”Kalau bisa akan jadi nilai plus. Jadi harus mulai belajar. Awalnya pasti susah, mencanting pun saya tidak rapi di awal belajar,” tuturnya.
Di Hari Batik Nasional Senin (2/10) lalu, Supriyanto dan Hashifa mengajak generasi muda untuk memakai, mencintai, dan melestarikan batik. Dengan begitu, industri batik tanah air juga bisa berkembang.
”Saya harap adanya kami, para generasi muda, dapat menjadi jembatan antara para perajin batik dan masyarakat maupun pemerintah,” kata Hashifa. (*/c9/ttg/jpg)