Digitalisasi Pasar Modal Mudahkan Investor Milenial dan Gen Z

pasar modal ilustrasi
ilustrasi

Oleh: Satria Nuri Sandi (Relationship Manager Priority BRI Cabang Sampit)

Digitalisasi pasar modal menjadi primadona tersendiri bagi kaum milenial dan gen Z yang merupakan kaum melek teknologi. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga 8 Agustus 2023, jumlah investor RI mencapai 11,46 juta, melonjak 11,5% secara year to date atau sekitar 4,5% dari populasi Indonesia . Capaian tersebut naik 35 kali lipat terhitung dalam kurun waktu 8 tahun atau sejak 2015.

Bacaan Lainnya

Pertumbuhan investor ini didominasi oleh kalangan gen Z atau usia di bawah 30 tahun sebesar 57,26% dari total investor dengan aset Rp54,65 Triliun. Kaum milenial atau usia 31-40 tahun mencapai 22,85%, usia 41-50 tahun sebanyak 11,05% dan usia di atas 60 tahun sebanyak 2,81%.

Perkembangan digitalisasi di sektor keuangan mempermudah akses terhadap berbagai produk investasi khususnya gen Z yang merupakan kelompok usia yang dibesarkan dengan kemajuan teknologi. Digitalisasi dan teknologi tidak hanya memberikan kenyamanan perdagangan di pasar modal, tetapi juga menjadikan perdagangan investor ritel menjadi lebih aktif.

Baca Juga :  Pendayagunaan Amdal dalam Pengendalian Lingkungan Hidup Menurut UU Ciptakerja (2)

Adanya fasilitas teknologi yang dimiliki Bursa Efek Indonesia (BEI), membuat investor ritel di kalangan gen Z semakin mudah melakukan perdagangan online dari tempat tinggal mereka secara real-time. Mereka tidak perlu merasa kesulitan karena transaksi saham dapat dilakukan secara online kapan saja dan dimana saja dengan menggunakan ponsel.

Transaksi saham pun terasa lebih mudah karena mulai dari pembukaan Rekening Dana Nasabah (RDN) hingga proses pembelian saham. Tentunya hal ini harus diimbangi dengan literasi investasi yang memadai, sehingga investor mengetahui karakter produk yang diinvestasikan. Menjadi literate bermanfaat sebagai bekal dalam merencanakan dan menjaga hasil kerja untuk diinvestasikan di tempat yang baik.

Generasi muda yang well-literate dalam investasi keuangan dapat semakin meningkatkan hasil investasi melalui keputusan dan strategi keuangan yang tepat. Sebaliknya, jika tingkat literasinya rendah maka besar kemungkinan tingkat pemanfaaatan dari produk investasi keuangan menjadi kurang optimal, atau bahkan tidak memahami risiko yang mungkin muncul dari suatu produk investasi keuangan.



Pos terkait