”Obat-obatan yang diproduksi di Indonesia dan belasan hingga puluhan tahun saya yakin sudah memenuhi standar. Dikhawatirkan obat-obatan yang dimaksud (mengangdung zat berbahaya) berasal dari India. Ini yang masih diteliti lebih lanjut,” ujarnya.
Ada ratusan atau bahkan mungkin puluhan ribu merk obat-obatan yang beredar mengandung paracetamol yang perlu diuji lebih lanjut apakah mengandung zat kimia berbahaya pemicu gagal ginjal pada anak atau tidak. Namun, pengujian itu memerlukan waktu yang tidak sebentar.
”BPOM belum ada melakukan penelitian terhadap obat-obatan yang terindikasi mengandung zat berbahaya. Kami masih menunggu sampai BPOM melakukan pengujian lebih lanjut. Manakala obat-obatan yang dimaksud tidak mengandung zat berbahaya, maka diperbolehkan diedarkan. Apabila terbukti mengandung zat berbahaya maka obat-obatan yang dimaksud disetop edar dan tidak boleh lagi diperjualbelikan,” ujarnya.
Untuk sementara, dokter disarankan memberikan resep kepada pasien usia anak-anak dalam bentuk puyer (obat tablet yang telah dihaluskan dalam bentuk bubuk atau serbuk, Red).
”Selama masih diuji BPOM, untuk sementara pengobatan pada anak kembali seperti zaman dulu. Dokter meresepkan minum obat puyer, dihaluskan dulu supaya memudahkan minum obatnya,” ujarnya.
Umar mengimbau orang tua yang memiliki anak terutama di bawah usia enam tahun agar lebih waspada terhadap gejala penurunan volume atau frekuensi urine atau tidak ada urine, dengan atau tanpa demam atau gejala lain untuk segera dirujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.
Perawatan anak sakit yang menderita demam di rumah lebih mengedepankan tatalaksana nonfarmakologis, seperti mencukupi kebutuhan cairan, kompres air hangat, dan menggunakan pakaian tipis.
”Saya imbau masyarakat agar lebih berhati-hati, tidak sembarangan membeli obat yang dijual bebas di apotek. Sebaiknya ikuti saran dan resep dari dokter,” ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia dokter spesialis anak konsultan imunologi Piprim Basarah Yanuarso melaporkan 192 kasus gangguan ginjal akut misterial pada anak-anak yang tersebar di 20 provinsi di Indonesia.