Gencar Dilakukan, Pasar Murah Belum Efektif Tekan Inflasi, tapi…

pasar murah sampit
PASAR MURAH: Kegiatan pasar murah yang digelar di Taman Kota Sampit diserbu masyarakat Kota Sampit, Selasa (6/9). (HENY/RADAR SAMPIT)

SAMPIT, radarsampit.com – Upaya pemerintah dalam mengendalikan inflasi daerah dengan cara menstabilkan harga menggelar pasar murah, dinilai belum efektif menekan inflasi. Bupati Kotim Halikinnor mengakui pasar murah yang sudah digelar tak sepenuhnya bisa langsung menekan inflasi. Namun, kegiatan itu menjadi solusi cepat untuk memengaruhi psikologis harga yang bergejolak di pasaran.

”Memang, (kegiatan pasar murah, Red) tidak maksimal menekan inflasi, tetapi itu dapat memengaruhi psikologis pasar. Sebagai contoh, Pemkab Kotim mendatangkan petani dan peternak lokal secara langsung. Otomatis ini dapat memangkas rantai distribusi yang membuat harga yang dipasarkan ke masyarakat jauh lebih murah,” kata Halikinnor, belum lama ini.

Bacaan Lainnya

Contoh lainnya, tidak hanya terkait penyediaan komoditas pangan. Pemkab Kotim juga telah menggandeng tiga agen gas elpiji 3 kg untuk menyediakan langsung. Dengan demikian, harga gas elpiji yang ditawarkan jauh lebih miring dibandingkan harga di tingkat pangkalan.

Menurut Halikinnor, upaya tersebut cukup membantu meringankan masyarakat yang kesulitan dan keresahan terhadap harga gas elpiji yang mencekik.

Baca Juga :  Fantastisnya Anggaran DPRD Kotim Picu Kemarahan Publik

”Pemerintah sediakan penjualan elpiji walaupun ketersediaannya terbatas. Tetapi, ini cukup memengaruhi psikologis pasar. Pedagang eceran yang menjual harga gas elpiji dengan harga tinggi dapat menurunkan harga dari yang tadi sampai tembus Rp 50 ribu, kemungkinan bisa menurunkan harga gas elpiji di bawah harga itu,” ujarnya.

Halikinnor juga menanggapi persoalan inflasi yang menjadi isu hangat di pemerintah pusat hingga pemerintah daerah dalam beberapa pekan terakhir. Dia tak menampik penyebab terjadinya inflasi dipicu karena kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

Tak lama setelah harga BBM naik, sederet masalah yang paling dirasakan dampaknya adalah kenaikan harga transportasi yang berimbas terhadap kenaikan harga kebutuhan bahan pokok dan komoditas pangan yang dijual di pasaran.

Meski demikian, lanjutnya, kenaikan harga tak hanya disebabkan karena harga BBM naik, namun dapat dipengaruhi faktor lain, seperti meningkatnya permintaan atau konsumsi masyarakat, berlebihnya likuiditas, adanya ketidaklancaran distribusi barang hingga faktor cuaca atau bencana alam yang memengaruhi harga di tingkat produsen atau petani. Situasi yang terjadi akibat kenaikan harga inilah yang dinamakan inflasi dan sedang dihadapi pemerintah.



Pos terkait