”Kami telah menyiapkan ruang rawat inap untuk anak dan remaja. Ini baru kami launching pada Desember,” kata Direktur Utama RSJ Menur Vitria Dewi pada Jumat (26/1/2024).
Per 5 Desember 2023, RSJ Menur merawat inap 25 anak dan remaja dengan rentang usia 10–18 tahun. Sebanyak 36 persen di antaranya harus dirawat karena kecanduan gadget. Jumlah itu belum termasuk yang rawat jalan.
Pemicu kecanduan gawai beragam. Yakni, media sosial (medsos), games daring, cybersex dan cyberporn, serta belanja dan judi online. ”Ada yang datang dengan sexual online behaviour. Dia menjajakan dirinya di medsos. Ada yang psikotik, ngelantur karena belajar ilmu tertentu di medsos. Yang bahaya kalau mereka terjerat cyberporn,” beber psikiater RSJ Menur dr Ivana Sajogo SpKJ (K) kepada Jawa Pos.
Apa saja ciri-ciri anak dan remaja yang kecanduan gawai? Pelajar, menurut Ivana, malas bersekolah atau mengerjakan tugas karena sibuk bermain gadget pada malam harinya. Beberapa yang datang ke Klinik Gangguan Belajar mengeluhkan ketidakmampuan mereka untuk berkonsentrasi saat pembelajaran. Akibatnya, mereka sering ditegur guru.
”Anaknya di kelas ngelamun terus. Ternyata tiap malam melakukan video call seks di banyak aplikasi. Ada yang kecanduannya tidak ketahuan tiba-tiba datang dengan perilaku seks menyimpang,” ungkapnya.
Ivana menyatakan, pelajar bisa disebut kecanduan gawai jika menggunakan internet lebih dari 20 jam per minggu di luar aktivitas sekolah daring. Anak yang kali pertama bermain gawai di bawah usia 8 tahun juga rentan kecanduan. Apalagi jika tanpa pendampingan orang tua.
”Akibatnya, terjadi pola perubahan perilaku dan psikologis. Sering merasa sedih, cemas berlebih, mood swing, menarik diri, berpikir yang aneh-aneh, dan tidak mampu bersosialisasi,” jelasnya.
Kerja otak yang kecanduan gawai, disebutkan Ivana, mirip kecanduan narkoba. Karena itu, neurotransmiternya perlu direm dengan obat. Tentu dengan lebih dulu dilakukan skrining lewat wawancara dan asesmen.
Gangguan kecanduan gawai sangat mungkin berulang. Jadi, diperlukan kerja sama semua pihak untuk menyelamatkan kesehatan mental anak dan remaja. ”Gadget ini sebenarnya bagus dan bermanfaat. Tapi, tanpa pola asuh yang baik dan support system yang bagus, ya bisa hilang arah,” tandas Ivana. (lai/agf/c9/c14/hep)