Namun sayangnya, cash flow yang terbatas membuat pemberian pinjaman kepada usaha mikro kecil menengah (UMKM) harus bergantian.
“Ada banyak masyarakat yang layak dibantu tetapi tidak bisa terbiayai, karena kekurangan modal. Kami berharap Pemkab Kotim dapat memaksimalkan penyertaan modal yang bersumber dari dana desa agar diperbesar, sehingga perekonomian perdesaan tumbuh dan lebih banyak lagi masyarakat yang terbantu dalam mengembangkan usahanya,” kata Glory H Baron, Jumat (1/10) lalu.
Dirinya yakin dengan besarnya penyertaan modal dari dana desa maka Pendapatan Asli Desa (PAD) juga akan mengalami peningkatan. Hal itu dibuktikannya, di tahun 2018 BUMDes Hatantiring Manggatang Utus mampu memberikan kontribusi terhadap PAD sebesar Rp 13.400.000, tahun 2019 meningkat Rp 27.680.000, di tahun 2020 lebih meningkat menjadi Rp 35 juta.
Kendati demikian, besarnya kontribusi BUMDes Hatantiring Manggatang Utus terhadap PAD tak sebanding dengan penyertaan modal dari dana desa. Justru, di tahun 2021 penyertaan modal yang bersumber dari dana desa untuk BUMDes Hatantiring dari Rp 116 juta di tahun 2020 turun menjadi Rp 57 juta di tahun 2021.
“Semakin besar penyertaan modal dari dana desa, semakin besar pula kontribusi kami untuk PAD. Tahun ini diperkiraan kontribusi BUMDes untuk PAD bisa mencapai Rp 50 juta. Namun, ditahun ini justru penyertaan modal turun menjadi Rp 57 juta dibanding tahun lalu. Rencananya, akan ada penambahan penyertaan modal lagi di tahun ini, tetapi saya pesimis sepertinya tidak sesuai harapan,” ujarnya.
Dengan keterbatasan modal, Glory tak patah semangat untuk terus mengembangkan usaha simpan pinjam. Bahkan, semasa pandemi Covid-19 terjadi di tahun 2020 lalu, Glory mampu meningkatkan laba (keuntungan).
Di tahun 2015, keuntungan BUMDes ini sebesar Rp 5.647.500. Tahun 2016 meningkat menjadi Rp 21.526.650, tahun 2017 sebesar Rp 58.103.065, tahun 2018 mencapai Rp 113.266.201, di tahun 2019 keuntungan sebesar Rp 204.840.493 dan ditahun 2020 keuntungan meningkat menjadi Rp 289 juta.