Kisah Mistis Museum Kayu Sampit, Ada Cerita Penampakan Cristopel Mihing hingga Gambar Bergerak

museum kayu sampit
WISATA EDUKASI: Pelajar SMPN 1 Sampit didampingi guru wali kelas mengunjungi sekaligus mencatat koleksi benda bersejarah yang ada di Museum Kayu, Selasa (21/2). (HENY/RADAR SAMPIT)

Museum Kayu Sampit menjadi saksi sejarah kejayaan bisnis kayu di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim). Di balik ratusan koleksinya, nuansa mistis menyergap pengunjung dan pemandu museum.

HENY-radarsampit.com, Sampit

Bacaan Lainnya
Gowes

Museum Kayu Sampit sering dikaitkan dengan hal mistis yang menyimpan beragam misteri. Gedung yang berdiri di pusat Kota Sampit, Jalan S Parman tahun 2003 silam itu berdiri di atas lahan seluas 5.310 meter persegi dengan luas bangunan 1.500 meter persegi. Diresmikan 6 Oktober 2004 oleh Wahyudi Kaspul Anwar, Bupati Kotim Periode 2000-2010.

Banyak kesan yang dialami pengunjung ketika memasuki Museum Kayu yang terdiri dari dua lantai ini. Ada ratusan item koleksi yang memenuhi ruang pameran.

Dalam dua bulan terakhir ini, Museum Kayu tak pernah sepi pengunjung. Setiap hari ada saja pengunjung yang ingin berwisata edukasi mengenal lebih jauh koleksi benda bersejarah yang tersimpan didalam Museum Kayu.

Pengunjung yang datang mulai dari murid taman kanak-kanak, pelajar SMP, SMA, mahasiswa, serta masyarakat umum. Dalam sehari, ada 50-100 pengunjung yang menyambangi museum tersebut.

Baca Juga :  Dulu Jadi Salah Satu Rute Terpadat, Kini Penerbangan ke Bandara H Asan Sampit Kian Lesu

Pelayanan museum dibuka mulai pukul 07.30-15.30 WIB pada Senin-Kamis. Pada Jumat pukul 07.00-15.00 WIB dan Sabtu 11.00 WIB- 13.00 WIB. Pada hari-hari biasa, museum ditutup sementara untuk waktu istirahat setiap jam 11.00 WIB dan dibuka kembali jam 14.00 WIB.

Setiap pengunjung yang masuk museum menikmati waktu sepuasnya di dalam ruang pameran dan tidak dikenakan tarif tiket masuk alias gratis. Kemarin (21/2) pagi, sebanyak 37 siswa kelas VIII SMPN 1 Sampit berkunjung ke Museum Kayu. Didampingi wali kelasnya, puluhan siswa membawa buku catatan. Mencatat koleksi museum.

Di depan pintu bangunan, siswa terlihat gembira. Namun, setelah masuk ruang pameran dan menjelajahi sudut demi sudut ruangan, beberapa siswa mulai mengalami perasaan yang tak membuat mereka nyaman. Badan keringat dingin, perut mual, muka pucat pasi, dada terasa sesak seperti tertekan, hingga nyaris ‘kesurupan’ makhluk gaib.

Estiliawati, pemandu museum yang mendampingi setiap langkah pelajar SMPN 1 Sampit terus mengenalkan dan memberikan edukasi kepada puluhan pelajar.



Pos terkait