Literasi dari Suporter untuk Suporter lewat Matchday Programme

Edisi Persis vs Persebaya yang Belum Cetak pun Sudah Diminati

1 boks
DIRESPON POSITIF: Edisi matchday programme dokumentasi Pagar Hijau Manahan saat Persis menjamu PSIS di Stadion Manahan di Liga 1 musim lalu.

Di Solo dan Surabaya, matchday programme bikinan Pagar Hijau Manahan dan Bajolball sudah menjadi barang koleksi serta melahirkan generasi baru penulis. Meski kerap didesak untuk mengomersialkan, mereka tetap kukuh membagikannya secara gratis.

 

Bacaan Lainnya

FARID S. MAULANA, Surabaya | radarsampit.com

 

Di sepak bola Inggris, matchday programme (MP) menjadi salah satu oleh-oleh yang paling dinanti ketika menonton pertandingan di stadion. Biasanya MP di-bundling dengan tiket, khususnya untuk para penonton VIP. Operator atau klub yang membuatnya.

MP biasanya hanya seukuran kertas A4. Dilipat hingga menjadi empat halaman. Kebanyakan berisi susunan pemain, statistik, terkadang ada wawancara dengan pelatih.

Saking dinantinya, MP sudah menjadi barang koleksi di tanah Britania Raya. Harganya tinggi. Makin tua, punya nilai historis, banderolnya otomatis juga kian fantastis.

Tercatat MP paling mahal adalah final Piala FA 1882 antara Blackburn Rovers vs Old Etonians. Dilelang dan terjual 35 ribu pounds atau Rp 520 juta.

Baca Juga :  Ketika Bupati Kotim Berikan Kuliah Umum di UMSA (2-Habis)

Beberapa tahun terakhir, geliat MP juga merebak di kalangan suporter tanah air. Di Solo misalnya, sekumpulan anak muda yang menamakan diri Pagar Hijau Manahan membuat MP sejak musim 2021. Ketika tim kesayangan mereka, Persis Solo, masih berada di Liga 2.

Perwakilan Pagar Hijau Manahan Addin Hanifa menuturkan, saat itu MP hanya dibuat secara digital melalui situs Pagar Hijau Manahan. ’’Sebab, saat itu kompetisi tanpa penonton akibat pandemi,’’ tuturnya.

Ide pembuatan MP berawal dari kegelisahan Addin dkk tentang literasi di kalangan suporter. Dia melihat para fans sepak bola di tanah air kurang mendapat bahan literasi soal sepak bola Indonesia. Khususnya tentang klub kesayangan.

’’Kami cari cara bagaimana tulisan soal sepak bola ini, khususnya di web kami, dibaca orang. Caranya ya lewat matchday programme,’’ ungkapnya.

Kampanye itu ternyata berbuah manis. ’’Akhirnya banyak yang posting matchday programme kami di stadion. Dari situ kami merasa movement menaikkan literasi berjalan,’’ lanjutnya.



Pos terkait