Ngeres di Mata Sanusi, Tawon di Kepala Warti

ledakan kilang Balongan Indramayu
DARURAT: Korban kebakaran tangki Pertamina mengungsi ke GOR Bumi Putra, Indramayu. Semua kebutuhan pengungsi ditanggung Pertamina dan pemerintah. (SALMAN TOYIBI/JAWA POS)

Ingin Cepat Pulang, tapi Masih Khawatir Efek Kebakaran 

Mual, demam, darah tinggi kumat melanda para pengungsi terbakarnya kilang Balongan. Melihat api yang masih ”bekerja” akhirnya jadi pilihan hiburan.

Bacaan Lainnya

SHAFA NADIA, Indramayu

USIA memang telah menggerogoti penglihatan dan pendengaran mereka. Tapi, alam yang bersekutu dengan tubuh tetap mengabarkan insiden besar itu dengan caranya sendiri.

”Aku nggak dengar suara apa pun. Cuma, mataku memang berasa ngeres (ada kotoran, Red),” kata Sanusi dalam bahasa Cirebonan.

Istrinya, Warti, merasakan sakit di kepala. ”Seperti digigit tawon,” tuturnya.

Tak ada tawon pada Senin dini hari lalu (29/3) itu. Yang ada adalah ledakan keras akibat kilang Balongan, Indramayu, milik Pertamina terbakar.

Sanusi sudah 80 tahun, Wati lebih muda 5 tahun. Mereka hidup berdua saja di Desa Wisma Jati yang hanya terpisah sekitar 5 kilometer dari kilang yang terbakar itu.

Baca Juga :  Kota Agamis Rusak jika Judi Terus Dibiarkan Operasi

Saat para tetangga panik menyelamatkan diri masing-masing, kakek dan nenek yang tak bisa melihat dan mendengar itu hanya bisa pasrah. Tahu-tahu beberapa orang datang, memapah mereka, menaikkan ke angkot, dan membawa keduanya mengungsi ke GOR Bumi Patra.

Mereka selamat, tapi harus melewati malam yang tak menyenangkan bersama 400-an orang di GOR tersebut. Nyamuk yang tak berhenti menyerang, bising yang tak reda oleh dini hari sekalipun, dan dingin yang menggigit dari lantai tempat mereka menggelar tikar.

”Kepala, mata, jadi sakit. Sikil (kaki, Red) nggak bisa gerak. Penyakit terasa komplet di sini,” keluh Sanusi.

Kepada petugas dan relawan yang berjaga, dia sebenarnya sudah merengek minta pulang. Tapi, di sisi lain, dia juga masih mengkhawatirkan dampak kebakaran yang sampai tadi malam belum padam.

Ada ratusan orang yang bernasib serupa dengan Sanusi dan Warti. Sebagian di GOR Bumi Patra, sebagian lain di pendapa kabupaten. Ada pula yang memilih menyelamatkan diri ke Cirebon. Balongan memang jalur penghubung Indramayu–Cirebon.

Baca Juga :  Boleh Kirim Sapi Asalkan Bebas PMK

Dari pantauan Jawa Pos di lokasi ledakan Pertamina Balongan, si jago merah masih membara sampai pukul 22.00. Bau gas juga masih terasa dari jarak 1 kilometer. Kaca jendela bangunan di kompleks Pertamina terlihat masih berserakan.



Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *