”Sekitar 12 persen atau sa ma dengan 264 ribu pemudik tahun ini,” ujarnya.
Jumlah itu meningkat lebih banyak dari tahun lalu. Tahun lalu, tercatat dari H-15 sampai dengan H+14 jumlah pemudik mencapai 236.500 penumpang.
Namanya Lebaran, mobi lisasi massa terbesar di negeri ini, para pemudik awal pun tetap harus berjuang untuk bisa sampai kam pung halaman. Berburu tiket, lelah menunggu, sembari menahan lapar dan haus karena berpuasa.
Mursidin salah satunya. Dari Senin malam itu, masih 25 jam lagi jadwal ke be rang katannya menaiki Kapal Dhar ma Kartika V menuju Pelabuhan Lembar, Lombok Barat.
Tapi, dia lega lantaran bisa pulang lebih awal, menghin dari kepadatan puncak arus mudik. Pekerja sosial yang berkantor di Jakarta dan Surabaya itu mengaku sempat tidak dapat tiket saat memesan secara online. Lalu memutuskan mencari peruntungan dengan cara beli langsung di tempat.
”Alhamdulillah dapat, sisa dua tiket, serius sisa dua tiket saja tadi di loket, ini beruntung sekali,” jelasnya.
Dia tak begitu banyak membawa perlengkapan. Hanya satu tas gunung 60 liter, satu daypack kecil dan tas pinggang. Sisa barang bawaan lain akan dikirim dari Jakarta dan Surabaya. Sebagian lainnya dibawa oleh adik perempuannya yang bakal mudik 27 Maret mendatang, juga melalui jalur laut, dari Tanjung Perak pula.
Meski mampu, dia memilih tak menunggu jadwal kebe rangkatan di penginapan, melainkan di ruang tunggu. Di sana, dia tidak hanya sekadar menanti kapal, tetapi juga berbagi rasa dengan se sama pemudik.
”Jadi, beban kerinduan terasa lebih ringan karena dipikul bersama,” ujarnya seraya tergelak. (*/ttg/jpg)