Rantau Suang salah satu dari 18 (delapan belas) desa yang berada di kecamatan Telaga Antang Kabupaten Kotawaringin Timur Provinsi Kalimantan Tengah, merupakan desa terakhir di hulu sungai Mentaya. Dikelilingi kawasan hutan lindung, hutan produksi, dan hutan konservasi. Sejak tahun 2014 menuju desa ini tidak bisa diakses melalui jalur darat, karena perusahaan yang memiliki hak pengusahaan hutan (HPH) tidak lagi beroperasi. Akibatnya jalan yang selama ini menjadi sarana mobilitas warga desa tidak ada yang memelihara. Satu-satunya akses menuju desa hanya melalui jalur sungai, dengan menggunakan klotok yakni perahu bermesin, dengan kapasitas penumpang antara 6-10 penumpang. Waktu tempuh ke desa tersebut dari desa terakhir yang mampu dilintasi dengan transfortasi darat adalah kurang lebih 90 (sembilan puluh) menit. Waktu ini akan semakin lama jika debit air berkurang (dangkal) dimusim kemarau maupun banjir dimusim penghujan. Desa ini dihuni oleh 498 orang warga terdiri atas 262 laki-laki dan 236 perempuan dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 129. Terbagi dalam 2 (dua) Rukun Tetangga (RT) dan 1 (satu) Rukun Warga (RW). Fasilitas perkantoran, pendidikan dan kesehatan hanya terdiri dari 1 (satu) unit kantor Desa, 1 (satu) unit Sekolah Dasar Swasta, TK, PAUD serta 1 (satu) unit bangunan Polindes. Pertanyaannya kemudian adalah apakah yang menarik dari desa paling hulu sungai Mentaya tersebut? Potensi terpendem apa yang ada di desa paling hulu sungai Mentaya tersebut? Dua pertanyaan ini akan penulis jelaskan pada tulisan berikut.
Rantau Sawang Desa Dayak
Cikal bakal Desa Rantau Suang berasal dari “Saku Awal” merupakan pemukiman awal yang dipimpin oleh Temanggung Serang. Pemukiman ini kemudian berpindah dan berganti nama menjadi Kampung Nusa Tumbung dipimpin Raden Tumbung. Setelah beberapa waktu pemukiman tersebut berpindah dan berganti menjadi Kampung Rantau Towang dipimpin dua saudara Damang Gawin dan Raden Tujuh. Kemudian dibawah kepala kampung Raden Ngabe Sangga pemukiman warga kembali berpindah dan berganti menjadi kampung Tumbang Komba. Pemukinan ini kembali berpindah saat dipimpin dua bersaudara yaitu Nyai Dang Sendun dan Nyai Tanda, dengan nama Kampung Batu Badak. Saat dipimpin Sangen, kemudian berpindah dan menjadi Riam Baking. Baru setelah terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia Kampung Riam Baking menjadi cikal bakal desa Rantau Suang sekarang.