Manetek pantan adalah tradisi memotong kayu yang menghalangi jalan tamu masuk ke desa atau tempat kegiatan dengan maksud menanyakan tujuan kedatangan tamu. Jika maksud kedatangan tamu baik, maka masyarakat akan menerima mereka dengan suka cita ditunjukan dengan pemberian minuman lokal yang bernama “baram”. Baram adalah minuman sejenis tuak yang diprakmentasi dari beras dicampur dengan bumbu dapur. Sebaliknya jika maksud kedatangan tamu tidak baik dan membuat warga sekitar resah, maka “mandau” yang diberikan pada tamu akan digunakan untuk mengusir mereka. Mandau adalah senjata khas masyarakat dayak Kalimantan. Bentuknya panjang, tajam, penuh ornamen seperti taring, gigi maupun rambut binatang, serta terdapat pisau kecil yang menempel pada sarung mandau. Pada jaman dulu salah satu fungsi mandau adalah untuk “menganyau” memenggal kepala manusia (head hunters) sebagai persembahan dalam prosesi tiwah. Seiring dengan berkembangnya peradaban masyarakat dayak persembahan kepala manusia diganti dengan kepala binatang.
Secara filosofis makna dari “manetek pantan” adalah mengusir segala macam kesialan, bala, penyakit, musibah maupun bencana yang kemungkinan dibawa tamu agar tidak terjangkit pada penduduk setempat. Prosesi pembersihan dilakukan dengan melakukan “tampung tawar” yakni menyiramkan air yang telah disiapkan tokoh adat menggunakan media daun “sawang”. Daun sawang atau yang lebih dikenal dengan nama andang adalah daun tumbuhan hutan yang rimbun biasanya tumbuh di sekitar aliran sungai memiliki nama Latin Cordyline Fruticosa L. A. Cheva.
Setelah disuguhi erotisme budaya masyarakat, potensi lain desa Rantau Suang adalah indahnya hamparan hutan alam yang hijau, rimbun dan masih alami. Ditambah dengan jernihnya air sungai, berjejernya tujuh puncak bukit belawan dengan nama: belawan jaha, tajahan, upak, tingen, turu, liau, daman. Serta air terjun bukit belawan dan goa tersembunyi dibalik air terjun.
Pagi hari kita akan mendengarnya merdunya suara monyet hutan yang saling bersahut-sahutan, seperti ingin mengajak kita bercengkrama dengan ramahnya hutan Borneo. Suara berbagai macam spesies binatang hutan lainnya seperti burung, babi hutan, rusa, kijang, macan, harimau, kupu-kupu, lintah, ikan, lebah dan lain sebagainya. Indahnya beraneka ragam tumbuhan mulai dari pohon ulin (kayu besi), meranti, anggrek hutan, lumut maupun tumbuhan langka lainnya.