”Dia ini sudah bertahun-tahun meminta-minta. Sempat berhenti karena ditangkap, setelah itu kembali meminta-minta lagi melibatkan anak-anaknya. Katanya pekerjaannya menjual ikan asin. Suaminya buta menjadi tukang urut, tetapi sebenarnya pekerjaannya hanya menjadi pengemis,” ujarnya.
Ms pun tak membantah saat dihujani pertanyaan bahwa ia bekerja sebagai koordinator pengemis dan mendidik anak-anaknya menjalani profesi serupa. Dari meminta-minta uang itu, Ms bisa membeli sejumlah barang berharga, salah satunya emas dan perak. Bahkan, dia bisa mengubah penampilannya menjadi lebih berbeda dibanding saat ditangkap sebelumnya.
”Dulu badannya kurus tidak terurus. Sekarang siapa saja yang melihat wajahnya tidak langsung percaya kalau itu Ms. Dia berubah. Wajahnya menjadi glowing. Badannya berisi. Emas yang dikenakannya banyak,” katanya.
Saat anggota Satpol PP Kotim menggeledah tasnya, banyak ditemukan emas lengkap dengan 21 kuitansi pembelian yang mencapai Rp51,8 juta. Mesah juga membawa uang tunai sebesar Rp2,1 juta, handphone, perhiasan perak senilai Rp965 ribu lengkap dengan 14 lembar kuitansi pembelian.
”Sudah dua hari ini Mesah dibawa ke Kantor Dinsos Kotim untuk dibina. Besok dia mungkin akan dipulangkan, karena hanya dengan membina seperti inilah cara pemerintah daerah memberikan efek jera kepada pengemis,” ujar Sugeng, Selasa (25/7).
Catatan Radar Sampit, pada Mei 2021 lalu, Ms sempat viral dan disebut sebagai pengemis kaya, karena memiliki banyak harta. Dia memiliki 12 anak dari hasil pernikahan siri. Ketika itu, anak tertuanya menjadi koordinator pengemis untuk mengerahkan adik-adiknya turun ke jalan mengemis dan mengamen.
Ms dan keluarganya lalu dipulangkan ke kampung halamannya. Namun, ia lagi-lagi kembali ke Sampit menjadi pengemis. Parahnya, anak-anaknya tak ada yang sekolah. Bahkan, ada yang tidak bisa membaca dan menulis. Anak-anaknya justru diajarkan mencari uang dengan cara mengemis dan tak berminat sekolah, karena sudah merasa mencari uang lebih mudah daripada mengenyam pendidikan.