Transformasi Desa Pulau Nibung dari Blank Spot hingga Melek Digital

Sinyal Tokcer, Komunikasi Lancar, Peluang Usaha Terbuka Lebar

pulau nibung
INTERNET: Sejumlah warga Desa Pulau Nibung asyik berselancar internet melalui gawai mereka sembari bersantai di tepian Sungai Jelai.   

Terhubung dengan jaringan komunikasi dan internet jadi keharusan di era sekarang agar tak ketinggalan dari persaingan. Desa Pulau Nibung, Kecamatan Jelai, Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah, mulai mengejar ketertinggalan itu setelah setahun terakhir terkoneksi jaringan 4G.

 

Bacaan Lainnya

FAUZIANNUR, Sukamara | radarsampit.com

 

”Ada labu-lah ibu-ibu di rumah,” ujar Fifi Yulianti Siswara.

”Berapa sekilonya?” sahut Mira.

”Tujuh ribu,” balas Fifi Yulianti Siswara.

”Mau kakak dua kilogram,” timpal Mira lagi.

Potongan percakapan itu merupakan salah satu transaksi jual beli dalam grup Pulau Nibung Online pada 27 September 2023. Pulau Nibung Online merupakan grup media sosial (medsos) Facebook yang diperuntukan bagi warga Desa Pulau Nibung.

Grup itu dibuat 9 Maret 2022, seumuran dengan masuknya jaringan internet ke desa tersebut. Anggotanya kini mencapai 2.734 orang per 5 Oktober 2023. Fifi Yulianti Siswara dan Mira merupakan dua di antara anggotanya.

Baca Juga :  Kisah Melawan Covid-19 dari Tengah Laut

Fifi bermukim di transmigrasi SP 1 Pulau Nibung. Wanita 27 tahun ini memanfaatkan grup medsos Pulau Nibung Online untuk berjualan sayur dan buah-buahan hasil kebun mertuanya di transmigrasi, serta ikan sungai hasil tangkapan nelayan setempat.

Dia tak perlu menjajakan dagangannya keliling dari rumah ke rumah di desanya. Tak perlu lapak khusus, cukup lewat gawai miliknya. Keaktifan Fifi mengunggah jualan di grup, membuatnya mendapat lencana sebagai kontributor teratas grup medsos tersebut.

”Saya berjualan online belum satu tahun ini. Jual hasil kebun mertua di transmigrasi. Ada saja pembelinya,” kata Fifi saat ditemui di kediamannya, Jumat (13/10).

Menurut Fifi, sebelum berjualan secara daring, mertuanya menjual hasil kebun kepada warga dengan berkeliling kampung. Namun, setelah ada jaringan internet, penjualan lebih banyak dilakukan secara online. Tak perlu repot lagi. Tinggal unggah, pembeli akan datang sendiri. Bisa pula diantar ke pembeli di seputaran desa.

”Alhamdulillah, setelah ada jaringan internet, sangat membantu komunikasi warga transmigrasi dan warga desa,” katanya.



Pos terkait