Dia meminta kami menyudahi. Tangannya memegang ponsel sambil merekam saya. Entah apa maksudnya. Belakangan, saya baru tahu ternyata pria itu anak sang pejabat desa.
Kami langsung berpamitan sembari meminta maaf telah mengganggu waktunya. Saat kami meninggalkannya, samar-samar saya mendengar sedikit perkataannya dengan nada agak kesal, bahwa kami mendatanginya tanpa tata krama. Dia juga berterus terang bahwa kami telah mengganggu waktunya.
Kendati mendapat sedikit intimidasi, dalam perjalanan saya mencoba memahami sikapnya. Mungkin saja. Mungkin, pejabat desa itu sudah lelah dengan kasus yang dihadapinya. Dia bersama pejabat desa lainnya harus bolak-balik ke Palangka Raya, memenuhi undangan penyelidikan aparat penegak hukum.
Gerilya kami hari itu berakhir tanpa menjejakkan kaki di semua desa tujuan. Dari sebelas desa, hanya lima yang kami datangi. Musababnya, selama perjalanan, kami mendapat informasi bahwa sebagian besar kades tak ada di tempat.
Mendatangi satu per satu desa yang tersisa bakal percuma. Dari desa yang sudah kami kunjungi, perangkat desa yang ada enggan bicara. Mereka khawatir ikut terseret atau disalahkan dalam perkara itu akibat komentarnya. Kami sepakat mencari cara lain untuk mendapatkan pernyataan semua kades.
Sebelum kembali ke Tumbang Sanamang, kami lebih dulu meninjau proyek jalan yang jadi permasalahan. Lokasinya tak jauh dari tempat kami menginap. Sekitar sepuluh menit berkelotok. Setelah mengambil beberapa gambar jalan, kami mengakhiri petualangan enam jam hari itu dengan perut keroncongan.
Liputan di Tumbang Sanamang berakhir keesokan harinya. Kami kembali ke Palangka Raya melintasi jalur yang sama. Perjalanan pulang sama melelahkannya. Tubuh kami bergiliran ”dihajar” gelombang sungai dan jalanan yang kurang lebih sama sakitnya.
Mendekati Palangka Raya, tepatnya di daerah Tangkiling, insiden menyapa. Mobil kami yang meluncur agak kencang menghantam mobil lain yang tiba-tiba berhenti di tengah jalan.
Padahal, Edy Subara, sopir mobil sudah berusaha menginjak rem dalam-dalam. Saya pasrah. Langsung memejamkan mata sebelum mobil bertabrakan. Suara benturan menggelegar. Mobil di depan kami yang tadinya berhenti perlahan, langsung terdorong ke depan.