Kap mobil terangkat. Mengeluarkan asap berbau menyengat. Cairan radiator terus menetes ke jalanan dari bawah mobil. Pintu mobil di bagian depan agak lengket ketika dibuka. Beruntungnya kami berempat di dalam mobil tak ada yang cedera.
Mobil kinyis-kinyis berkelir putih yang kami hantam berhenti sekitar seratus meter lebih dari posisi kami. Bagian belakangnya penyok. Sopirnya ternyata masih muda. Usianya 26 tahun. Dia bersama seorang rekannya mengemudikan mobil yang ternyata bukan miliknya itu.
Dari keterangannya, dia mengaku terpaksa mengerem mendadak karena anjing yang tiba-tiba muncul di jalurnya. Lagi-lagi hewan itu yang jadi masalah bagi kami.
Tentu saja kami tak langsung percaya pengakuan mereka. Setelah cukup lama adu argumen, kami sepakat masalah itu diselesaikan oleh kepolisian.
Matahari sudah jauh tenggelam saat dua anggota polisi tiba. Kedua sopir diminta keterangan. Mereka akhirnya diberikan pilihan, mau diselesaikan secara damai dengan menanggung biaya kerusakan mobil masing-masing, atau diselesaikan di kepolisian. Konsekuensinya, kedua mobil diamankan di Polresta Palangka Raya sampai perkara ada kejelasan.
Kedua belah pihak akhirnya sepakat selesai saat itu juga. Petugas meminta mereka berjabat tangan, tanda masalah tersebut berakhir damai. Dua pemuda itu langsung tancap gas setelah bersalaman dengan kami berempat dan dua polisi yang menurut saya sangat ramah dan tegas. Cermin sesungguhnya aparat pengayom rakyat.
Mobil yang kami hantam tadi masih bisa jalan, karena kerusakan hanya pada bagian bodi kendaraan. Sementara mobil yang kami naiki tak bisa dibawa lebih jauh. Kerusakan terjadi pada mesin vital. Selama tiga jam lebih kami harus menunggu sampai jemputan datang dari Palangka Raya. Ditemani gerimis hujan dan dinginnya malam. (gunawan.radarsampit@gmail.com)
