Bangun Masjid Jami Noor Agung, Pendiri Rela Dihukum Kolonial Belanda

Jelajah Masjid di Kota Sampit selama Ramadan (5)

masjid jami noor agung 1
Masjid Jami Noor Agung yang berlokasi di Jalan Pemuda (Jalan Elang 5), Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim)

“Saya tidak tahu kesembilan Masjid yang dibangun Abah. Yang saya ingat Masjid Noor Agung ini Masjid pertama, ketujuh Masjid Nurul Hidayah, kedelapan Masjid Al Hidayah dan ke sembilan Masjid Nurul Iman yang dulunya hutan, tanahnya diwakafkan dari Haji Jauhari yang rumahnya persis didepan Masjid ini dan ada juga Masjid yang di bangun di Sungai Kapitan tapi saya tidak tahu lokasi persisnya,” ujar Mustofa yang juga aktif sebagai Ketua Takmir Masjid Nurul Hidayah.

Terlalu fokusnya Muhammad Sabil menjalankan misi dakwah menyebarkan agama islam, Sabil baru memikirkan menikahi Maemunah istrinya, saat ia berumur 40 tahun.

Bacaan Lainnya

Dari pernikahan itu, ia dikarunia tujuh anak pertama bernama Siti Kholifah (59), anak kedua bernama Muhammad Hasyim yang wafat saat duduk di kelas dua SD, anak ketiga bernama M Noor yang juga sudah wafat,anak keempat bernama Marinti, anak kelima bernama Syahriansyah yang wafat tahun 2023, anak keenam Mustofa (50) dan anak ketujuh bernama Noor Hasanah (40).

Baca Juga :  Dinas Perikanan Kotim Tegaskan Komitmen Budidayakan Ikan Jelawat

“Ibu dan ketiga saudara saya yang sudah meninggal, diwafatkan dikuburan keluarga yang berada di belakang mimbar atau sisi barat Masjid ini,” katanya.

Adapun dari garis silsilah keluarga, Alm KH Muhammad Sabil merupakan anak dari KH Muhammad Ingrom bin Nawawi bin Mbah Penghulu bin Raden Mas Sadeddudin bin Raden Mas Abdullah bin Cakra Ningrat bin Sunan Dalem bin Sunan Prapen bin Sunan Giri.

Sunan Giri memiliki nama asli Raden Ainul Yaqin atau disebut Raden Paku yang merupakan anak dari Syech Maulana Ishaq bin Syech Jumadil Qubro.

“Silsilah keluarga diatasnya lagi saya tidak tahu. Sunan Giri ini keponakan Sunan Ampel yang merupakan saudara kandungnya Maulana Ishaq. Saya dulu pernah didatangi Sunan Giri manggil cucu ke saya lewat mimpi,” ujarnya.

Sekadar diketahui, masuknya penduduk Madura ke Kalimantan Tengah berawal dari program transmigrasi yang dicanangkan kolonial Belanda tahun 1930 dan 10 tahun kemudian Muhammad Sabil memasuki tanah Pulau Borneo.

Muhammad Sabil kemudian wafat secara mengenaskan diumur 99 tahun tepat enam hari setelah konflik perang kerusuhan antar etnis Madura dan Dayak yang terjadi di Sampit pada 18 Februari 2001.



Pos terkait