Perjuangan Almarhum Kiyai Haji Muhammad Sabil selaku pendiri Masjid Noor Agung dalam menyiarkan agama Islam di Kota Sampit sangat berisiko. Dia rela dihukum dan disiksa kolonial Belanda demi mempertahankan bangunan Masjid Noor Agung tetap kokoh berdiri hingga kini.
HENY, Sampit | radarsampit.com
Kenangan pilu yang dialami Ustaz Mustofa, Ketua Takmir Masjid Jami Noor Agung saat mengisahkan sejarah pendirian Masjid Noor Agung sangatlah membekas dalam ingatannya.
Mustofa baru aktif menjadi Ketua Takmir Masjid Jami Noor Agung tahun lalu menggantikan saudara kakak kandungnya, Syahriansyah yang tutup usia 50 tahun pada 2023 lalu. Dia merupakan ahli waris garis keturunan dari Kiyai Muhammad Sabil selaku pendiri Masjid yang juga merupakan ayah kandung dari Mustofa.
Dia cukup mengetahui perjuangan sang ayah dalam menyebarkan agama islam hingga mampu mendirikan Masjid Jami Noor Agung yang berlokasi di Jalan Pemuda (Jalan Elang 5), Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim).
”Saya dari kecil hingga dewasa hidup di Pondok Pesantren di Pamekasan Madura, sama seperti tempat Almarhum Abah belajar agama. Setelah dewasa saya pindah-pindah ke Pondok di Pulau Jawa dan cukup lama menetap di Yogyakarta, sehingga dari pembangunan dan perkembangan Masjid, almarhum Kakak saya yang lebih tahu,” kata Mustofa saat ditemui Radar Sampit ba’da Ashar di Masjid Jami Noor Agung, Kamis (21/3/2024) sore.
Meski tak begitu mengetahui perkembangan Masjid Jami Noor Agung dari tahun ke tahun, namun ia masih mengingat perjuangan ayahnya menyiarkan agama Islam hingga masuk ke Pulau Kalimantan yang dulunya disebut Pulau Borneo.
”Abah dulu belajar agama islam di Pondok Miftahul Ulum Pamekasan Madura, guru Abah pada masa itu bernama Raden Kiyai Haji Nasrudin Bin Isbat yang merupakan Cicit dari Sunan Ampel,” kata Mustofa yang mulai menetap di Sampit sejak tahun 2011 lalu.