Dari Lahan Terbuka ke Tempat Kurban: Perjalanan Sapi-Sapi Pilihan untuk Iduladha

Tak Selalu Untung, Risiko Tinggi Merugi hingga Ratusan Juta

Penjual Sapi Kurban
HADAPI RISIKO: Salah satu pedagang hewan kurban di Jalan HM Arsyad, Sabtu (17/5).HENY/RADAR SAMPIT

“Sore baru boleh diberi minum kalau datangnya pagi. Kalau datang malam, pagi baru dikasih. Makannya cukup rumput saja,” terangnya.

Menurutnya, sapi jenis bali lebih tahan terhadap perubahan cuaca, sehingga tetap sehat meskipun dibiarkan di alam terbuka tanpa atap.

Bacaan Lainnya

Masrani pun mengaku tidak terlalu menghadapi tantangan berat sebagai peternak. Jika ada sisa stok setelah Iduladha, ia cukup merawat kembali sapinya tanpa harus banting harga seperti pedagang musiman.

“Keunggulan peternak lokal ya itu, kalau tidak habis dijual ya dirawat lagi. Tidak seperti pedagang musiman yang biasanya banting harga agar cepat laku,” ujarnya.

Dia juga mengingatkan para pembeli untuk memeriksa langsung kondisi sapi, memastikan usia minimal 2,5 tahun dan tidak cacat agar memenuhi syariat kurban.

Sapi Madura dan Limosin Juga Siap Meramaikan Pasar Kurban

Di kawasan Jalan Tjilik Riwut, Syamsul Bahri telah mempersiapkan 220 ekor sapi yang dikirim dari Madura. Ia juga menyediakan sapi jenis limosin berbobot 200-300 kg, 30 ekor di antaranya telah dipesan.

Baca Juga :  Resolusi Melawan Ancaman Resesi, Bupati Kotim Ajak Bangun Optimisme

“Kamis nanti datang lagi 82 ekor dari Surabaya. Sampai saat ini sudah laku 190 ekor,” ujarnya.

Syamsul menargetkan penjualan lebih dari 300 ekor tahun ini, dengan kemungkinan menambah hingga 1.000 ekor jika ada permintaan dari institusi atau pejabat.

Penjualannya tersebar di enam titik untuk memudahkan akses pembeli. Harga sapi bervariasi: Rp22 juta untuk bobot 90–95 kg, Rp24 juta untuk 100–110 kg, Rp28 juta untuk 120–130 kg, dan Rp30–35 juta untuk sapi berbobot 150–160 kg. Untuk kambing, ia menyediakan 150 ekor dengan harga Rp4–5 juta.

Meski harga hewan tetap, biaya pengiriman naik. “Ongkos kapal tahun ini Rp3 juta per ekor, naik dari Rp2 juta,” ucapnya.

Seluruh sapi yang dijual Syamsul telah melalui proses karantina dan memiliki barcode penanda kesehatan.

Pedagang Asal Sulawesi Hadapi Risiko Tinggi

Daeng, pedagang di Jalan HM Arsyad, memulai bisnis kurban pada 2014 setelah sebelumnya merantau ke Sampit dan berjualan Coto Makassar. Bermodal jaringan keluarga di Kabupaten Bone, ia mulai mendatangkan sapi Sulawesi ke Sampit untuk menstabilkan harga di pasar.



Pos terkait