Dari Lahan Terbuka ke Tempat Kurban: Perjalanan Sapi-Sapi Pilihan untuk Iduladha

Tak Selalu Untung, Risiko Tinggi Merugi hingga Ratusan Juta

Penjual Sapi Kurban
HADAPI RISIKO: Salah satu pedagang hewan kurban di Jalan HM Arsyad, Sabtu (17/5).HENY/RADAR SAMPIT

Sapi yang dijual Daeng berbobot 70–150 kg seharga Rp18–25 juta, sementara sapi limosin 200–300 kg dijual Rp25–35 juta. Keuntungan per ekor berkisar Rp200 ribu–Rp1 juta.

“Kadang tidak selalu untung. Pernah juga jual modal karena ada pembeli yang punya niat kurban tapi terbatas dana. Saya bantu tanpa cari untung,” ujarnya.

Bacaan Lainnya

Namun, usaha ini penuh risiko. Tahun lalu, Daeng dan rekan-rekannya mengalami kerugian hingga Rp400 juta akibat kematian 21 ekor sapi karena cuaca dan kelelahan perjalanan.

Untuk mengatasi sapi yang drop, ia memberikan suntikan vitamin. Jika tak berhasil, sapi disembelih dan dagingnya dijual dengan harga lebih rendah.

Semua hewan kurban yang dijual sudah melalui pemeriksaan, karantina, dan vaksinasi. Biaya pengurusan surat sehat dan ongkos kirim cukup besar, sekitar Rp3 juta per ekor, belum termasuk biaya harian perawatan.

Baca Juga :  Cara Para Duta Batik Jawa Timur Kenalkan Batik ke Anak Muda

“Per hari bisa habis Rp1–1,5 juta buat makan, pekerja, dan bahan bakar. Kalau mental tidak kuat, bisa stres,” ujarnya.

Lahan penampungan seluas satu hektare yang digunakannya disewa Rp3 juta per bulan. Saat ini, ia telah menerima 51 ekor sapi, dan masih menunggu kiriman tambahan jika permintaan meningkat.

Untuk kambing, ia hanya menjual 20 ekor karena tingginya risiko kematian akibat cuaca. Tahun lalu, delapan kambing mati, dan tahun ini sudah empat.

Daeng memastikan semua hewan kurban yang dijual layak konsumsi dan bebas dari penyakit berbahaya. Meski jalur pengiriman ke Sampit cukup jauh karena harus melewati Kalimantan Selatan atau Timur, ia tetap menjamin kualitas hewannya.

“Selama barcode ditempel di telinga, artinya sudah lulus karantina. Wajar kalau sampai sini ada yang lemas atau cedera karena perjalanan panjang,” ujarnya.

Ambotehe, rekan Daeng, menambahkan, Kalimantan Tengah belum membuka akses pengiriman langsung, sehingga hewan harus masuk melalui provinsi lain, yang memengaruhi ongkos kirim ke Sampit. (*/hgn/sla)

Baca Juga :  Halikinnor Layak Bidik Kursi Gubernur

 



Pos terkait