Ibadah haji menjadi impian insan Muslim di dunia. Apa jadinya ketika sudah di ujung keberangkatan, tiba-tiba gagal dan harus menunggu lagi?
HENY-FAHRY, radarsampit.com
Perasaan sedih, kecewa, dan marah bercampur jadi satu dialami pasangan suami istri asal Samuda, Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Kabupaten Kotawaringin Timur. Dua calon jemaah haji (CJH) Kotim bernama Junaidi dan Errita Malati itu awalnya dikabarkan masuk dalam daftar kuota tambahan yang akan diberangkatkan pada Kamis, 15 Juni 2023.
Namun, sehari sebelum keberangkatan, mereka dibuat syok setelah mendengar kabar namanya tidak masuk dalam daftar kuota tambahan, karena nomor urut porsi keberangkatan mundur.
Hal itu terjadi, karena ada dua jemaah di nomor urut porsi teratas yang tadinya berniat menunda karena sakit, ternyata membayar biaya pelunasan ibadah haji (BPIH) pada hari terakhir, Senin, 12 Juni 2023 lalu, dan menyatakan siap berangkat.
Alhasil, pasangan suami istri yang tadinya berada di urutan nomor porsi 22 dan 23 mundur menjadi nomor 24 dan 25. Secara otomatis tidak bisa diberangkatkan karena kuota pada nomor urut porsi teratas sudah terpenuhi.
Pihak keluarga Junaidi dan Errita bahkan sudah menggelar selamatan yang berlangsung meriah di tempat kediaman Junaidi Bain Ali dan istrinya Errita Malati. Bahkan, sepasang suami istri ini sudah mengikuti manasik haji secara mandiri pada Rabu (14/6) di Kawasan Islamic Center.
Kabar gagal berangkat naik haji membuat istri Junaidi syok hingga dirawat di rumah sakit. Bahkan, pihak keluarga merasa tidak terima karena Kemenag Kotim seolah-olah memberikan harapan palsu kepada keluarganya. ”Jemaah calon haji ini adalah adik saya (Junaidi-red). Mereka diberitahukan Kemenag Kotim batal berangkat haji,” kata Jaitun.
Kabar batalnya keberangkatan haji membuat semua keluarga terkejut. Pasalnya, selesai salat hajat, tiba-tiba pihak Kemenag datang dan memberitahukan secara lisan bahwa Junaidi dan Errita batal berangkat haji. ”Sampai saat ini istrinya syok dan sakit,” kata Jaitun.