Penelusuran Tim Survei Kehati ke Pulau Hanibung

Nilai Ekonomi Hasil Alam Fantastis, Temukan Beragam Flora Fauna Langka

Survei Pulau Hanibung
SURVEI : Tim Survei Kehati saat melakukan penelusuran dan pengamatan flora fauna di Pulau Hanibung yang direncanakan akan dijadikan wisata ekosistem, Selasa (28/5/2024). (Istimewa)

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat setempat, sekitar tahun 2000-an Pulau Hanibung dimanfaatkan untuk lahan pertanian, sehingga selalu terjadi pembakaran hutan setiap tahunnya. Hal ini yang menyebabkan banyak areal terbuka di Pulau Hanibung.

”Beberapa kayu dulunya juga ditebang dan dimanfaatkan untuk tiang rumah oleh masyarakat. Saat ini masyarakat masih sangat bergantung dengan Pulau Hanibung untuk pemenuhan hidupnya,”  katanya.

Bacaan Lainnya

Tim Survei Kehati juga telah menghitung potensi nilai ekonomi masyarakat setempat dari berbagai komoditi, seperti ikan, udang galah, rotan, sarang walet, dan sewa kelotok.

Masyarakat  setempat bisa menghasilkan 300 kg ikan per bulan yang dikerjakan 10 nelayan dengan penghasilan rata-rata Rp50 ribu per kg dikalikan masa panen 12 bulan mencapai Rp1,8 miliar.

Dari komoditi udang galah mampu menghasilkan 40 kg per bulan yang dikerjakan 20 nelayan yang dijual seharga Rp110 ribu per kg dengan masa panen 12 bulan bisa mencapai Rp1 miliar.

Baca Juga :  Warga Kotim Diminta Gunakan Hak Pilih dan Sukseskan Pemilu 2024 

Dari komoditi rotan, masyarakat setempat mampu menghasilkan 2000 kg per bulan yang dikerjakan 30 petani seharga Rp4.100 dikalikan tiga kali masa panen dalam setahun yang bisa mencapai Rp738 juta.

Dari komoditi sarang walet, masyarakat bisa menghasilkan pendapatan 500 gram per bulan setiap 55 orang pekerja dengan harga Rp8 juta per kg dikalikan setahun mampu menghasilkan pendapatan Rp2,6 miliar.

“Masyarakat Desa Camba juga menyediakan jasa sewa kelotok rata-rata 8 kali penyewa per bulan yang dikelola 15 orang dengan harga sewa Rp70 ribu per perahu klotok dikalikan 12 bulan dalam setahun, bisa mencapai penghasilan Rp100 juta. Jadi, kalau ditotal dari lima komoditi potensial ekonomi masyarakat mampu menghasilkan Rp6,3 miliar setahun dari hasil bentang alam Pulau Hanibung. Artinya, sumber kehidupan masyarakat masih ketergantungan dengan hasil hutan. Maka, inilah pentingnya menjaga kawasan hutan,” ujar Dendy.

Selama tiga hari survei, Dendy melihat beberapa potensi gangguan yang dapat merusak kelestarian kawasan hutan di Pulau Hanibung, seperti pembukaan lahan perkebunan, pengambilan ikan secara ilegal, perburuan satwa, penebangan liar, dan klaim atas kepemilikan lahan.



Pos terkait