”Sulit Mas. Kalau pun mau menyamar, misalnya menjadi penjual pentol, minimal perlu waktu satu bulan. Itu pun harus dimulai dari pinggir dulu, sebelum masuk ke pusatnya,” ujar aparat tersebut.
Menurut aparat tersebut, bandar di sana membiayai hidup warga setempat. Karena itulah, akan sulit menembus sistem pengamanan di Puntun, meski dengan menyamar sekalipun. ”Taruhannya nyawa, Mas,” imbuhnya.
Seorang tokoh masyarakat Palangka Raya yang juga dihubungi Radar Sampit, juga menyarankan agar sebaiknya investigasi langsung di kawasan tersebut tak dilakukan demi keamanan. Padahal, tokoh ini mempunyai pengaruh besar di Palangka Raya. Namun, dia juga mengakui ganas dan bahayanya kampung narkoba tersebut.
Setelah melalui berbagai pertimbangan matang dan keselamatan wartawan, Radar Sampit akhirnya sepakat membatalkan rencana tersebut, dan hanya mengikuti perkembangan wilayah itu melalui operasi yang digelar aparat penegak hukum. Hingga akhirnya beberapa bulan setelahnya, tepatnya 23 April 2020, operasi besar-besaran dilakukan polisi dan membongkar jalannya aktivitas bisnis haram di kawasan tersebut. (ign)