”Korban penyalahgunaan narkoba semakin bertambah dan sudah merambah di semua pelosok desa. Hal ini merupakan persoalan penting bagi negara untuk melakukan pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, sehingga harus ditangani secara intensif oleh seluruh elemen dan komponen bangsa yang sifatnya mendesak,” tegasnya.
Joko melanjutkan, tahun ini pihaknya telah membentuk 7 Desa Bersinar (Bersih Narkoba). Tdesa desa yang telah dibentuk sebanyak 28. Selain itu, terdapat 25 desa/ kelurahan yang dibentuk secara mandiri oleh pemerintah kabupaten/kota. Total desa/kelurahan bersinar di Kalteng mencapai 53 desa/kelurahan.
Selain itu, ucap Joko, pada 2024 BNNP juga membentuk 27 Sekolah Bersinar (Bersih Narkoba), sehingga totalnya sebanyak 44 sekolah.
Selain pencegahan dan penegakan hukum, pihaknya juga melakukan rehabilitasi terhadap pecandu. Sejak 2016-2024, jumlah pecandu narkoba yang direhabilitasi sebanyak 3.344 orang.
Terdiri dari 2.251 orang (67%) rawat jalan dan 1093 orang (33%) rawat inap. Di Kalteng, paling banyak pengguna sabu laki-laki sebanyak 110 orang (89%) dan perempuan sebanyak 14 orang (11%).
Jenis narkoba yang paling banyak dikonsumsi, ungkapnya, adalah sabu sebanyak 95 orang (76%) dan paling sedikit menggunakan Ineks sebanyak 5 orang (4%). Dari kategori umur, paling muda yang mengakses layanan rehabilitasi 14 tahun dan tertua 49 tahun.
Joko menambahkan, BNNP Kalteng tak dapat bekerja sendiri menuntaskan permasalahan narkotika. Diperlukan strategi penguatan kolaborasi serta partisipasi dari masyarakat. Termasuk pengawasan pintu masuk wilayah Kalteng yang bekerja sama dengan pengelola pelabuhan dan bandara, serta perusahaan transportasi. (***/ign)