Suara penonton pun terdengar riuh. ”Pak Supian Hadi duda, ustazah!” ucap penonton yang langsung direspons ustazah dengan guyonan diselingi pesan agama Islam yang terkandung dalam kitab yang dipelajarinya.
Mumpuni kembali teringat ceramahnya yang dikritik pejabat, karena menyinggung terkait jalan rusak. Video itu sempat viral dan menuai respons berbagai pihak.
”Saya pernah nyinggung jalan rusak, dikritik pejabat. Ceramah tinggal ceramah, ga usah ngurusin jalan rusak. Padahal, enggak tahu saja terkadang yang sengaja nyuruh ‘nyentil’ jalan rusak itu diminta panitianya,” ucapnya bercanda.
Pengalaman tak enaknya dikritik pejabat direspons Supian Hadi. ”Sebagai pejabat dikritik itu harus menerima. Saya dulu saat masih aktif menjabat, berterima kasih karena kritikan dari masyarakat yang memberi tahu setiap masalah yang dihadapi, karena kritik itu Kotim menjadi lebih maju dan terus berbenah,” ucap Supian di sela ceramah Ustazah Mumpuni.
Dari kritikan itu, Mumpuni menyimpulkan, seorang pejabat ibarat seperti tongkat bayangan. ”Bayangan itu tergantung tongkatnya. Kalau lurus tongkatnya, lurus juga bayangannya. Kalau bengkok tongkatnya, bengkok juga bayangannya. Artinya, jadi seorang pemimpin dan pejabat pemerintah tanggung jawabnya berat. Saya enggak pernah ‘menelanjangi’ pejabat. Untuk membangun kepercayaan publik perlu modal, kelakuan harus baik, betul-betul membangun, jangan sampai kritikan jadi masalah. Maka dengan jawaban Bapak Supian Hadi, dikritik malah mau berbenah, insya Allah pejabat yang seperti ini dapat menjadikan daerahnya berkah,” ujarnya.
Mumpuni berbagi cerita perjuangannya sebagai pendakwah muda yang tak luput dari kritikan masyarakat. Namanya dikenal publik setelah ia menjadi juara I dalam ajang Akademi Sahur Indonesia (Aksi) yang ditayangkan di Indosiar pada 2014 lalu. Mumpuni juga berhasil juara dalam ajang Aksi tingkat Asia tahun 2017 melawan peserta dari lima negara di Asia.
”Saya jadi dapat pembelajaran lagi dari Pak Supian Hadi. Saya ingat, saya dulu meraih juara 1, seharusnya saat ini saya tenggelam (pamornya) oleh juara 1 berikutnya, karena mempertahankan gelar juara lebih berat daripada mendapatkannya,” ungkapnya.