Ketika Hujan Buatan Mengguyur Sampit dan Sekitarnya

Amukan Api Masih Terjadi, Meski Dua Kali Wilayah Kotim Ditabur Garam

SALAT MINTA HUJAN
BERHARAP HUJAN: Pelaksanaan salat meminta hujan yang digelar di halaman Pemkab Kotim, Selasa pekan ini. (HENY/RADAR SAMPIT)

Hujan deras yang mengguyur Kota Sampit dan sekitarnya pada Kamis (5/10) sore sekitar pukul 15.15 WIB, merupakan hasil teknologi modifikasi cuaca (TMC) alias hujan buatan. Hal itu dilakukan untuk mengurangi kabut asap dan titik panas di wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur.

HENY, Sampit | radarsampit.com

Bacaan Lainnya

Kabut asap terlihat begitu jelas masih menyelimuti Sampit sampai Kamis (5/10) siang lalu. Teriknya matahari tak mampu menembus pekatnya asap, sehingga suasana kota seolah mendung dengan suhu yang panas dan terasa pengap.

Menjelang sore, sejumlah warga Sampit meluapkan kegembiraannya melalui media sosial. Hujan turun dari langit dengan derasnya. Sesekali disertai suara guntur. Hampir satu jam air menghujam sejumlah wilayah di Kotim.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Bandara Haji Asan Sampit mengatakan, meskipun hujan deras berlangsung selama kurang lebih satu jam, belum menjangkau semua kecamatan di Kotim.

”Hujan itu terjadi karena hasil dari kegiatan TMC. Tetapi, tidak merata terjadi di seluruh kecamatan di Kotim. Dari pengamatan kami, hujan turun di Kecamatan Baamang, MB Ketapang, Seranau, Cempaga, Parenggean, dan sebagian di wilayah Mentaya Hilir Selatan,” kata Musuhanaya, Kepala BMKG Kotim melalui Prakirawan Cuaca BMKG Kotim Mulyono Leonardo, Jumat (6/10).

Baca Juga :  Masuk Permukiman, Beruang Madu Bikin Resah Warga

TMC merupakan modifikasi cuaca dengan cara mempercepat terjadinya hujan. Pelaksanaannya melibatkan pesawat dan bahan semai berupa NaCL (Natrium Clorida). Mekanismenya dilakukan dengan bantuan radar untuk memantau pergerakan awan potensial yang membawa banyak uap air. Pada titik itulah garam disemai.

TMC ditangani Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI-AU) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Pendanaan operasionalnya ditanggung Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

”Teknologi modifikasi cuaca dilakukan Tim BNPB, BRIN, TNI AU, BMKG Palangka Raya yang dijadwalkan 3-8 Oktober 2023. Kegiatan dipusatkan di Palangka Raya, kemarin (Kamis, Red) penyemaian garam di wilayah Kotim dilakukan sebanyak dua kali. Pukul 13.00 WIB dan 15.30 WIB,” ujarnya.



Pos terkait