”Pemindahan dari langgar ke masjid dan perluasan masjid saya tidak tahu persis, karena saat di sini sudah dipindah (masjidnya) dan diperluas di lokasi yang sekarang,” katanya.
Tahun 2017, dilakukan renovasi pembangunan pagar yang dulunya kayu diubah menjadi beton. Kemudian, pada 2018 lantai keramik masjid diganti, dari keramik biasa diganti berukuran 50 x 50 meter, seukuran sajadah.
Kubah masjid diganti dari seng menjadi alumunium monel dan tahun 2019 renovasi tempat wudu dan toilet.
Masjid Sayyidul Ihsan dapat memuat 500-700 jemaah. Setiap Jumat, Masjid Sayyidul Ihsan bisa menghasilkan Rp1,2-1,5 juta dan setiap salat ied bisa terkumpul Rp2-3 juta dari sumbangan jemaah yang diperuntukkan untuk operasional Masjid Sayyidul Ihsan.
Kini, kas Masjid Sayyidul Ihsan sudah terkumpul Rp9 juta. Dana itu yang tidak hanya untuk operasional, tetapi juga pemeliharaan dan perawatan masjid.
”Masjid ini juga sudah ada tempat pengajian anak (TPA) sejak 2008 dan bangunannya selesai dibangun 2010 di sebelah rumah kaum. Setiap siang, seminggu dua kali ibu-ibu belajar mengaji dan sorenya setiap hari kecuali Jumat mengajar mengaji anak-anak yang juga dibantu istri. Malam harinya ngaji laki-laki setiap Senin-Kamis,” ucap pria yang memiliki dua anak ini.
Ditanya pengembangan Masjid Sayyidul Ihsan ke depannya, Hasbi beserta pengurus belum memiliki rencana.
”Untuk sementara belum ada rencana. Hanya menjalankan program ibadah rutin setiap hari dan insya Allah menjelang Lebaran akan mulai menerima dan menyalurkan zakat fitrah,” katanya. (***/ign)
