SMP Negeri 1 Sampit Luncurkan Kartu Pelajar Digital, SIAKAD Spensa, dan Rekam Pedik

Tak Ada Alasan Membolos, Orang Tua Bisa Ikut Awasi Aktivitas Anak di Sekolah

smpn 1 sampit
DILUNCURKAN:  Plt Kepala Disdik Kotim Muhammad Irfansyah, Kepala SMPN 1 Sampit Maspa, Ketua Komite Susilo, anggota DPRD Kotim Abdul Kadir, perwakilan orang tua, dan ratusan pelajar SMPN 1 meluncurkan bersama tiga sistem berbasis digital, Senin (13/11). (HENY/RADAR SAMPIT)

”SMPN 1 Sampit menjadi pelopor terkemuka di Kotim yang lebih dulu meluncurkan aplikasi berbasis digital. Terima kasih kepada Pak Dwi atas terobosan idenya dan ini tentu tidak lepas dari kerja sama dewan guru dan orang tua,” kata Susilo.

”Saya hanya orang biasa yang berjuang mengabdikan diri untuk SMPN 1 Sampit. yang tanpa pamrih saja dihujat, apalagi yang pakai pamrih. Kita bertukar pikiran dengan ikhlas saja masih dicurigai menggunakan uang komite,” tambahnya merespons ungkapan Kepala SMPN 1 Sampit.

Bacaan Lainnya

Susilo yang sebentar lagi melepas tanggung jawabnya sebagai Ketua Komite SMPN 1 Sampit mengatakan keprihatinannya akan nasib pembangunan musala di SMPN 1 Sampit yang selama bertahun-tahun tidak selesai. Pembangunan yang dikerjakan menggunakan sistem lelang sebesar Rp 800 juta, ternyata hanya mampu diselesaikan 30 persen dan hingga kini pembangunan belum rampung.

”Mohon maaf, saya capek dipimpong sana sini. Saya miris melihat musala yang belum selesai. Saya sudah ke kesra, diarahkan ke disdik, ke asisten tiga, sampai ke Inspektorat, yang akhirnya pembangunan bermasalah, tidak selesai,” katanya.

Baca Juga :  Awasi Arus Balik Jalur Sampit-Palangka Raya

Selama dua tahun ia memperjuangkan penyelesaian pembangunan musala, namun belum menemukan solusi. Bahkan, ada anggota DPRD yang menjanjikan dana pokok pikiran (pokir)nya untuk SMPN 1 Sampit sekarang belum terlaksana.

”Saya sudah bertemu Pak Bupati, menyuruh membuat kajian. Mohon maaf, bukan wewenang komite membuat kajian musala yang lagi mandek. Mohon pikirkan musala untuk peserta didik SMPN 1 Sampit, mustahil alumni SMPN 1 Sampit tidak mampu menyelesaikan pembangunan musala,” ujarnya.

Dirinya yang mengaku bukan alumni SMPN 1 saja, ikhlas mendedikasikan waktu dan pikirannya untuk pengembangan SMPN 1 Sampit.

”Saya alumni dari Jawa, tetapi pertama kali saya kerja di Sampit sebagai kuli bangunan menggali parit di SMPN 1 Sampit. Hari pertama saya bekerja dengan gaji Rp 8.500 dan sekarang  berdiri sebagai ketua komite SMPN 1 Sampit. Terus terang saya katakan, sekolah tanpa bantuan dan dukungan dari orang tua tidak akan bisa berkembang. Karena itu, saya berharap seluruh stakeholder dan pemerintah daerah mendukung program pengembangan SMPN 1 Sampit,” katanya.



Pos terkait