Di Balik Liputan Jejak Pembantaian Anggota Partai Terlarang di Kalteng (6-Habis)

Luka dan Nestapa Berkepanjangan Penumpasan Partai Terlarang

cover radar sampit perburuan partai terlarang
Cover Radar Sampit edisi operasi penumpasan PKI di Kalteng puluhan tahun silam, terbit 30 September 2014. (Muhammad Faisal/Radar Sampit)

Liputan yang sebelumnya disepakati hanya fokus pada situasi setelah Gestapu, tak menyentuh peristiwa penangkapan dan pembunuhannya, ternyata tak sesuai rencana. Peristiwa setelah Gestapu tak bisa dilepaskan dari penangkapan dan pembunuhan terhadap orang-orang yang dituduh terlibat PKI. Sejumlah sumber yang saya temui memastikan hal itu.

Sabran Achmad, misalnya, tokoh yang juga Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kalteng (tahun 2014). Kemudian Walman Narang, mantan Komandan Kodim di Palangka Raya sekitar tahun 1970-an. Dua minggu sebelum laporan ini diturunkan, saya berangkat ke Palangka Raya.

Bacaan Lainnya

Sejumlah sumber yang akan diwawancarai sudah dipetakan. Awalnya, saya mengira akan mudah menemui dan menggali keterangan dari narasumber itu. Ternyata cukup sulit, apalagi usia mereka yang sudah uzur. Misalnya, saya harus dua kali mendatangi kediaman Sabran Achmad di Jalan Piere Tendean.

Di hari pertama, Sabran tak bisa ditemui karena sedang istirahat setelah mengikuti rapat di kantor Gubernur Kalteng. Saat itu sekitar pukul 16.00 WIB. Sebelumnya, pagi sekitar pukul 09.00 WIB saya juga sempat menyambangi rumahnya, namun gagal karena tak ada seorang pun yang membukakan pintu meski sudah saya ketok berulang kali. Baru dua hari setelahnya saya bisa berjumpa Sabran.

Baca Juga :  BPBD Kotim Tetapkan Siaga Darurat Karhutla

Demikian pula dengan Walman Narang. Saya harus dua kali mendatangi pria berusia 86 tahun ini. Di hari pertama, Walman sedang istirahat karena baru pulang dari Kantor Gubernur Kalteng untuk menghadiri rapat juga. Hanya sang anak, Ros Narang yang saya temui.

”Bapak sedang tidur, kamarnya dikunci. Kayaknya kecapekan setelah pulang dari kantor Gubernur. Kalau mau besok saja, tapi telepon saya dulu untuk memastikan apakah Bapak siap diwawancara atau tidak,” katanya.

Beruntung keesokan harinya ternyata Walman siap diwawancara. Dari dua narasumber itu, hanya Etnan Daniel, yang mudah ditemui, meski awalnya saat saya mengutarakan tema wawancara mengenai peristiwa seputar Gestapu, ia tak yakin bakal bisa menjawab semua pertanyaan karena tak terlalu ingat persis kejadian saat itu. Namun, samar-samar peristiwa itu masih melekat dalam ingatannya, meski hanya sebagian kecil.



Pos terkait